Mari Berenang Biar Senang (Prelude Edisi Review Kolam Renang)

Saat masih duduk di kelas Satu SMP ada satu pengalaman menarik saat pelajaran Bahasa Inggris. Pelajaran yang baru saya dapat pertama kali selepas lulus SD. Itulah pendidikan gaya dulu, orang dulu dan wilayah yang kurang maju dulu. Kalau di kawasan lain mendapat Inggris sejak SD, saya mendapat pelajaran ini saat masuk SMP. Ada hal tak terlupa saat Ibu Guru mewawancarai satu persatu siswa dengan bahasa Inggris. Yang kutahu cuma "What your name?" . Ada seorang teman yang mengalami kegagapan berbahasa asing awal, inisialnya M. Karena memang lupa nama aslinya. Rumahnya masih satu aliran sungai denganku. Beda kecamatan lain desa. Si M ini dikerjain sama teman-teman anak kota yang sebelumnya telah mendapat bahasa Inggris entah dari Les atau dari SD memang diajarkan. Ketika Miss Guru menanyakan apa hobimu. Spontan Si M mengikuti bisikan teman-temannya dengan lantang dia bilang: "My hobby is Swimming pool Mom". Kontan tawa pecah di seisi kelas. Saya baru tahu kalau sumber tertawanya karena kata swimming pool. 
Berenang dan Tenang 

Berenang bagi orang yang dilahirkan dan dibesarkan dilingkungan pesisir yang didominasi oleh sungai dan tambak merupakan hal yang biasa bagiku. Istilah di desa disebut bluron. Berenang dan bersenang-senang sepuas hati tanpa harus memiikirkan tiket masuk. Saat kecil tidak ada yang namanya les renang. Rata-rata anak desa belajar dengan sendirinya. Ada yang minta bantuan teman-teman atau kakaknya. Saya sendiri bisa berenang dengan belajar sendiri. 
Di Sungai depan masjid Dusun, saya pelan-pelan termotivasi untuk bisa berenang. Belajar cara mengambang sendiri, melihat mekanisme gerakan tangan dan kaki dari orang-orang yang berenang sebelumnya. Gayanya tentu gaya kali, tidak seperti atlet renang. Pokok bisa mengambang dan berpindah tempat itu prinsip utamanya. Renang itu syarat mutlak untuk menjadi anak petambak yang baik dan benar. Bahkan tidak hanya kemampuan tapi keberanian. Karena aliran sungai saat musim hujan kurang ramah dan tentu saja kami berenang dengan alat seadanya. Tanpa kacamata renang  atau celana renang yang hidrodinamis (kalau pesawat ada prinsip fisika aerodinamis, sementara renang ada prinsip hidrodinamis-itu pendapat saya sendiri). Kalau ingin bertahan di air atau bersantai, cukup dengan batang pisang (glebok) bahkan sarung. Khusus sarung kita membuat sarung submarine (kapal selam dari sarung). Caranya ujung sarung ditali, kemudian dari dalam dipompa udara dengan teknik manual, cukup menggerakkan tangan ke dalam sarung sampai bentuknya menjadi menggelembung. Setelah dirasa cukup besar. Kita bisa masuk di dalamnya dan tangan berusaha untuk tetap memegang keseimbangan agar udara tidak keluar. Mainan ini dianjurkan dimainkan oleh orang berjumlah genap. Agar udara tertahan dengan sempurnya. Kita masuk di dalamnya, tangan memegang sisi sarung, kaki tetap berenang. Resikonya, kita tidak tahu dunia luar, tapi lebih akrab di dalam. Apapun cara renangnya yang penting hati senang. 
Berenang lalu Senang (Walau sedikit gumpil) 
Itulah sekilas tentang bagaimana saya sampai menjiwai yang namanya sungai, dari memancing sampai berenang. Mengapa berenang? Alasannya sederhana, aktivitas ini adalah aktivitas yang menggerakkan semua badan. Nafas juga dilatih di sini. Apalagi bagi yang ingin memasuki dunia kemiliteran-khususnya angkatan laut. Atau ingin menjadi pelintas samudra yang gila dengan berenang diantara dua pulau. Renang itu tidak hanya menyehatkan, tapi juga menyenangkan. Postingan kali ini adalah pembuka untuk edisi khusus review kolam renang. 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mari Berenang Biar Senang (Prelude Edisi Review Kolam Renang) "

Post a Comment